Si Pelari Tak Beralas Kaki

Cerita yang ia tulis dari dalam hatinya dengan sesenggukan di dalam ruang sempit itu. Ia merasa bodoh karena berlari jauh-jauh untuk menghindari garis finish. Kata mereka, "Kamu cuma bisa sampai sini. Kamu cuma bisa ke sini. Semua tergantung apa yang kamu lakukan, bukan yang kamu raih."

Langit yang mendung itu menemaninya sepanjang perlombaan. Wajahnya merah memar dan tangannya berdarah-darah, ia memukul dirinya sendiri sambil berlarian tanpa arah. Ia hanya tahu banyak hal yang ia tak akan bisa raih. Perlombaan bodoh itu ia lakukan dengan anjing liar yang terpancing aroma daging segar dari lukanya yang ia tak balut.

Lagi-lagi ia kehabisan akal dan melepaskan sepatu kesayangannya, ia melemparkan begitu saja pada anjing yang terus mengikutinya tanpa henti di arena lari yang mulai terguyur tangisan langit. Seakan-akan langit tahu, ada hal yang harus ia dukakan bersama pelari bodoh itu. Arena ini terlalu bulat dan lonjong sehingga pintasannya terbatas dan menjadi kesukaan si pelari yang tidak punya tujuan.

Anjing tersebut akhirnya berhenti mengejarnya setelah mendengar beberapa deruh guntur yang keras seperti kepala pelari. Ia takut dan ia bodoh. Ia bodoh dan ia tidak punya sesuatu lagi. Seluruh hal yang melekat di badannya, ia lempar kepada anjing liar yang telah merusak keseluruhan miliknya.

Akhirnya, pelari tersebut menyerah. Ia berhenti di tengah-tengah arena. Tubuhnya yang berdarah, disapa hujan yang memperluas persebaran darahnya. Kini, ia mati tersambar petir karena ia lelah dan tidak bisa bergerak. Ia pelari bodoh yang hanya bisa menerima segala hal untuknya.


SKY-CERPEN

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen ORIGINAL : Persembahan untuk CINTA

Kenapa Kita Diperhadapkan Masalah?

Halo halo Ban... Bukan "Bandung!" HEHEHE... Bantu Aku, Ya!