Aku yang Paling Susah! Kamu Belum jadi Aku!

Standar 'dunia' membuat Astrid menyerang papan panah itu lewat busurnya. Busurnya melesat dengan tepat di titik yang seluruh dunia inginkan. Corry yang hanya melihat Astrid dari luar arena pun berandai-andai, "Apa mungkin aku bisa sejago Astrid?". Astrid menoleh ke arah luar pembatas jaring-jaring berwarna hijau itu. Ia membatin lewat mata ekornya bahwa ada seseorang yang melihat permainannya sejak awal hingga dua jam terakhir ia bermain sendirian di lahan ayahnya tersebut.

Si lusuh, Corry menyadari bahwa si anak kaya itu bergerak menuju ke arahnya. Ia berusaha berjalan mundur tergesa-gesa hingga akhirnya bajunya tersangkut pada tanaman dekat pintu area mahal tersebut. Kemudian, Astrid mendekatinya dan mengulurkan tangannya. Mata Corry berbinar-binar, seakan-akan area mahal yang selama ini ia hanya bisa jaga bersama ayahnya, kini boleh ia lewati. 

Corry mengangkat kaki kirinya dan menerima uluran tangan Astrid untuk bersiap melangkah memasuki pintu area panahan tersebut. "Apa yang kamu lakukan? Aku serius. Menurutmu bagaimana permainanku? Tangan kananku yang selalu beruntung ini nyatanya diwariskan dari ayahku yang berbakat," tanya Astrid yang seakan-akan ingin dipuji Corry. Akhirnya Corry yang malu lekas pergi dengan merelakan bajunya yang robek akibat terburu-buru, meski tahu bajunya masih tersangkut pada tanaman itu.

Gadis berbaju lusuh itu lari sambil menangis menuju ayahnya yang mencuci gelas bekas cucupan ayah Astrid. Corry sadar betul bahwa ia tangan kanan dan kedua mata ayahnya, sekalipun ia ingin marah, ia ingin sekali meneriaki dirinya sendiri. Ia merasa tidak layak menyalahkan ayahnya yang memiliki satu tangan buntung dan kedua bola mata yang tak bisa terpakai, ia yakin bahwa kelahirannya adalah sebab utama ibunya meninggalkan Corry dan ayahnya.

Seorang perempuan muda dengan tas mahal tersebut meninggalkan area mahal itu. Tangan kanan perempuan muda itu melingkar di pinggang ayah Astrid. Di belakangnya, seorang gadis pemanah handal tadi hanya tercengang dengan tangan kiri perempuan muda tersebut. Tangan kirinya memberi aba-aba agar Astrid segera meraih benda yang ada di tangan perempuan muda tersebut. Kotak berwarna cokelat itu pun lekas digapai oleh Astrid.

Astrid yang baru memiliki ibunda tiri penuh pesona tersebut tak sabar membuka kotak yang baru ia dapatkan. Setelah dibukanya, Astrid menghentikan langkah kakinya. "Diam. Ia akan jadi milikku seutuhnya. Jangan lakukan apapun atau akan kuhabisi lagi kau dengan sayatan seperti saat itu. Pergilah sejauh mungkin karena ayahmu yang tua buntung ini akan memilikiku sebagai pernikahan terakhir kali dari kebodohannya tersebut," tulis tangan dari perempuan muda munafik itu. 

Astrid berlari pergi dan menjauhi perempuan muda tersebut. Ia lelah karena tidak pernah punya panutan dalam hidupnya. Ia jenuh dan bosan karena menurutnya menjadi hebat dalam hobinya tidak pernah menjadikannya bahagia. Setiap malamnya ia dipenuhi ketakutan, tetapi dengan riang ia membalut luka yang seakan-akan diyakininya akan hilang begitu saja dengan senyuman yang ia beri untuk ayahnya yang gila wanita.

Corry yang sibuk di dapur sambil mengeluarkan dengan giat bulir-bulir air dari matanya, punya kesulitan tersendiri dalam hidupnya. Ia masih menumpang hidup pada ayah Astrid. Ia tidak pernah berpikir punya hak untuk melawan kekecewaan dalam hidupnya.

Dua insan yang berada dalam kesulitannya masing-masing tak pernah tahu apa maksud dan tujuan Sang Pencipta. Kuat karena diasah. Asahannya yang berkali-kali lipat bahkan membuat mereka lupa diri bahwa luka sekali-kali harus dibagi agar tidak terasa pedih sendiri.

SKY-CERPEN

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen ORIGINAL : Persembahan untuk CINTA

Kenapa Kita Diperhadapkan Masalah?

Halo halo Ban... Bukan "Bandung!" HEHEHE... Bantu Aku, Ya!